Teknologi Navigasi di Ponsel
Smartphone kini dilengkapi dengan teknologi untuk melacak keberadaan penggunanya.. Perangkat navigasi pada mulanya berfungsi sebagai pelengkap layanan yang disediakan smartphone.
Namun, lama kelamaan, perangkat navigasi ini dimusuhi oleh pengguna smartphone karena mengancam privasi.
Seth Schoen, staf teknologi senior di Yayasan Electronic Frontier mengatakan, perangkat navigasi di smartphone dapat berbahaya bagi keselamatan individu. Privasi yang terbuka lebar mampu meningkatkan keinginan pihak tertentu untuk menguntit atau melakukan penculikan.
Namun, nyatanya, banyak pula pengguna smartphone yang memanfaatkan sistem navigasi ini dan tidak merasa hidupnya terganggu atau terancam.
Navigasi digunakan untuk bermain game, untuk beraktivitas di jejaring sosial dengan menunjukkan keberadaan dirinya, atau untuk membantu mencari alamat ketika berada di tempat baru.
Berikut ini adalah 10 teknologi dengan sistem yang berbeda, yang telah diterapkan ataupun yang sedang dikembangkan di smartphone.
GPS
Global Positioning System (GPS) pertama kali dibangun oleh Departemen Pertahanan AS diperkenalkan pertama kali pada smartphone di akhir 1990-an. Saat ini GPS dikenal sebagai cara terbaik untuk menemukan lokasi di luar ruangan.
GPS menggunakan konstelasi satelit yang mengirimkan lokasi dan data waktu dari ruang angkasa ke ponsel. Jika ponsel bisa menerima sinyal dari tiga satelit, maka keberadaan ponsel akan tampak pada sebuah peta datar, sekaligus menunjukkan elevasi.
Beberapa negara sudah mulai mencoba membuat sistem yang mirip dengan sistem GPS. Misalnya GLONASS Rusia dan kompas China yang sedang dalam uji coba. Galileo di Eropa dan Quasi Zenith di Jepang juga memanfaatkan satelit untuk navigasi.
Assisted GPS
GPS bekerja dengan baik jika ponsel menemukan tiga atau empat satelit, namun menutuhkan waktu yang lama. GPS kadang tidak dapat bekerja ketika pengguna smartphone berada di dalam ruangan atau tempat yang memantulkan sinyal satelit. Assisted GPS memberikan beberapa tools yang membantu mempercepat kerja GPS.
Ketika pertama kali menemukan satelit, maka pengguna smartphone harus men-download informasi dimana mereka akan berada dalam 4 jam ke depan. Informasi ini dibutuhkan oleh ponsel untuk tetap terhubung dengan satelit.
Jika GPS full service telah terpasang di ponsel, maka waktu untuk startup GPS akan dipangkas, dari 45 detik menjadi 15 detik. Carrier juga bisa mengirim data menggunakan jaringan Wi-Fi, yang lebih cepat dari satelit.
Synthetic GPS
Teknologi synhethic GPS menggunakan daya komputasi untuk menemukan lokasi satelit beberapa hari hingga beberapa minggu ke depan. Teknologi ini akan memudahkan GPS menemukan satelit ketika dibutuhkan. Roy Machabee dari RX mengatakan, dengan synthetic GPS, maka ponsel hanya akan membutuhkan 2 detik untuk menemukan satelit ketika dibutuhkan.
Cell ID
Operator telepon seluler menggunakan teknologi ini untuk menemukan ponsel tanpa menggunakan GPS. Cell ID mencari lokasi ponsel dengan melacak menara terdekat dengan ponsel.
Operator bisa menggunakan database untuk mengidentifikasi lokasi dan nomor ponsel, dari masing-masing sektor dan Base Tranceiver Station (BTS).
Wi-Fi
Teknologi Wi-Fi bisa lebih cepat mengetahui keberadaan sebuah ponsel dibandingkan teknologi Cell ID, karena cakupan Wi-Fi yang berada salam wilayah yang kecil.
Ada dua cara Wi-Fi menemukan ponsel, yakni dengan RSSI (Received Signal Strength Indication) dan dengan Wireless Fingerprinting.
RSSI melacak keberadaan ponsel dengan memanfaatkan kekuatan sinyal ponsel, sedangkan Wireless Fingerprinting melacak keberadaan ponsel dengan merekam frekuensi keberadaan ponsel.
Jika sebuah ponsel sering berada di lokasi Wi-Fi, maka sistem Wi-Fi akan lebih mudah mengidentifikasi ponsel tersebut, dibandingkan ponsel yang belum pernah masuk ke lokasi Wi-Fi tersebut.
Inertial Sensors
Jika ponsel berada dalam sebuah lokasi yang tidak memiliki sistem wireless, maka sensor ponsel akan tetap merekam lokasi ponsel dengan menggunakan sensor inersial.
Setidaknya, sebuah ponsel memiliki 3 sensor inersial, yakni kompas (atau magnetometer), Accelerometer, dan Giroskop.
Kompas (atau magnetometer) digunakan untuk menentukan arah, Accelerometer untuk melaporkan seberapa cepat ponsel bergerak ke sebuah arah, dan Giroskop untuk melacak gerakan berputar. Namun, sensor ini hanya berfungsi dalam waktu yang terbatas.
Barometer
Beberapa smartphone telah memiliki chip yang dapat mendeteksi tekanan udara. Untuk menggunakannya, ponsel harus melakukan pull down data cuaca lokal atau angka baseline pada teknaan udara dan kondisi di dalam bangunan, seperti pemanas atau AC.
Kondisi dalam ruangan seperti pemanas atau AC dapat mempengaruhi akurasi sensor. Barometer bisa dikombinasikan dengan perangkat lainnya seperti GPS dan Wi-Fi. Barometer akan berguna untuk mengelevasi ketika sinyal satelit terhalang gedung.
Ultrasonic
Beberapa pusat perbelanjaan telah menerapkan teknologi ultrasonic di pintu toko untuk mendeteksi smartphone. Pembelanja yang terdeteksi oleh alat ini akan memperoleh poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah tertentu.
Sebelumnya pengguna smartphone harus menginstal aplikasi Shopkick terlebih dahulu agar terdeteksi oleh ultrasonic.
Bluetooth Beacons
Alat ini dapat berkomunikasi dengan Bluetooth 4.0 versi terbaru yang terdapat pada ponsel. Konsep yang hampir mirip dengan fingerprint, membuat alat ini mampu memanfaatkan sinyal dan jaringan ponsel untuk mengidentifikasi keberadaan smartphone.
Jika pengguna smartphone mendekati produk tertentu di sebuah toko, maka promosi dari produk tersebut akan terkirim ke ponsel.
Terrestrial Transmitters
Sebuah perusahaan startup Australia, Locata, sedang melakukan uji coba untuk mengatasi keterbatasan GPS. Perusahaan ini membuat pemancar di suatu lokasi yang menggunakan prinsip sama dengan GPS.
Karena sinyal yang kuat dari pemancar inilah, radio Locata bisa mendeteksi keberadaan smartphone lebih cepat daripada GPS yang mengandalkan satelit.
Sumber : http://tekno.kompas.com
Namun, lama kelamaan, perangkat navigasi ini dimusuhi oleh pengguna smartphone karena mengancam privasi.
Seth Schoen, staf teknologi senior di Yayasan Electronic Frontier mengatakan, perangkat navigasi di smartphone dapat berbahaya bagi keselamatan individu. Privasi yang terbuka lebar mampu meningkatkan keinginan pihak tertentu untuk menguntit atau melakukan penculikan.
Namun, nyatanya, banyak pula pengguna smartphone yang memanfaatkan sistem navigasi ini dan tidak merasa hidupnya terganggu atau terancam.
Navigasi digunakan untuk bermain game, untuk beraktivitas di jejaring sosial dengan menunjukkan keberadaan dirinya, atau untuk membantu mencari alamat ketika berada di tempat baru.
Berikut ini adalah 10 teknologi dengan sistem yang berbeda, yang telah diterapkan ataupun yang sedang dikembangkan di smartphone.
GPS
Global Positioning System (GPS) pertama kali dibangun oleh Departemen Pertahanan AS diperkenalkan pertama kali pada smartphone di akhir 1990-an. Saat ini GPS dikenal sebagai cara terbaik untuk menemukan lokasi di luar ruangan.
GPS menggunakan konstelasi satelit yang mengirimkan lokasi dan data waktu dari ruang angkasa ke ponsel. Jika ponsel bisa menerima sinyal dari tiga satelit, maka keberadaan ponsel akan tampak pada sebuah peta datar, sekaligus menunjukkan elevasi.
Beberapa negara sudah mulai mencoba membuat sistem yang mirip dengan sistem GPS. Misalnya GLONASS Rusia dan kompas China yang sedang dalam uji coba. Galileo di Eropa dan Quasi Zenith di Jepang juga memanfaatkan satelit untuk navigasi.
Assisted GPS
GPS bekerja dengan baik jika ponsel menemukan tiga atau empat satelit, namun menutuhkan waktu yang lama. GPS kadang tidak dapat bekerja ketika pengguna smartphone berada di dalam ruangan atau tempat yang memantulkan sinyal satelit. Assisted GPS memberikan beberapa tools yang membantu mempercepat kerja GPS.
Ketika pertama kali menemukan satelit, maka pengguna smartphone harus men-download informasi dimana mereka akan berada dalam 4 jam ke depan. Informasi ini dibutuhkan oleh ponsel untuk tetap terhubung dengan satelit.
Jika GPS full service telah terpasang di ponsel, maka waktu untuk startup GPS akan dipangkas, dari 45 detik menjadi 15 detik. Carrier juga bisa mengirim data menggunakan jaringan Wi-Fi, yang lebih cepat dari satelit.
Synthetic GPS
Teknologi synhethic GPS menggunakan daya komputasi untuk menemukan lokasi satelit beberapa hari hingga beberapa minggu ke depan. Teknologi ini akan memudahkan GPS menemukan satelit ketika dibutuhkan. Roy Machabee dari RX mengatakan, dengan synthetic GPS, maka ponsel hanya akan membutuhkan 2 detik untuk menemukan satelit ketika dibutuhkan.
Cell ID
Operator telepon seluler menggunakan teknologi ini untuk menemukan ponsel tanpa menggunakan GPS. Cell ID mencari lokasi ponsel dengan melacak menara terdekat dengan ponsel.
Operator bisa menggunakan database untuk mengidentifikasi lokasi dan nomor ponsel, dari masing-masing sektor dan Base Tranceiver Station (BTS).
Wi-Fi
Teknologi Wi-Fi bisa lebih cepat mengetahui keberadaan sebuah ponsel dibandingkan teknologi Cell ID, karena cakupan Wi-Fi yang berada salam wilayah yang kecil.
Ada dua cara Wi-Fi menemukan ponsel, yakni dengan RSSI (Received Signal Strength Indication) dan dengan Wireless Fingerprinting.
RSSI melacak keberadaan ponsel dengan memanfaatkan kekuatan sinyal ponsel, sedangkan Wireless Fingerprinting melacak keberadaan ponsel dengan merekam frekuensi keberadaan ponsel.
Jika sebuah ponsel sering berada di lokasi Wi-Fi, maka sistem Wi-Fi akan lebih mudah mengidentifikasi ponsel tersebut, dibandingkan ponsel yang belum pernah masuk ke lokasi Wi-Fi tersebut.
Inertial Sensors
Jika ponsel berada dalam sebuah lokasi yang tidak memiliki sistem wireless, maka sensor ponsel akan tetap merekam lokasi ponsel dengan menggunakan sensor inersial.
Setidaknya, sebuah ponsel memiliki 3 sensor inersial, yakni kompas (atau magnetometer), Accelerometer, dan Giroskop.
Kompas (atau magnetometer) digunakan untuk menentukan arah, Accelerometer untuk melaporkan seberapa cepat ponsel bergerak ke sebuah arah, dan Giroskop untuk melacak gerakan berputar. Namun, sensor ini hanya berfungsi dalam waktu yang terbatas.
Barometer
Beberapa smartphone telah memiliki chip yang dapat mendeteksi tekanan udara. Untuk menggunakannya, ponsel harus melakukan pull down data cuaca lokal atau angka baseline pada teknaan udara dan kondisi di dalam bangunan, seperti pemanas atau AC.
Kondisi dalam ruangan seperti pemanas atau AC dapat mempengaruhi akurasi sensor. Barometer bisa dikombinasikan dengan perangkat lainnya seperti GPS dan Wi-Fi. Barometer akan berguna untuk mengelevasi ketika sinyal satelit terhalang gedung.
Ultrasonic
Beberapa pusat perbelanjaan telah menerapkan teknologi ultrasonic di pintu toko untuk mendeteksi smartphone. Pembelanja yang terdeteksi oleh alat ini akan memperoleh poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah tertentu.
Sebelumnya pengguna smartphone harus menginstal aplikasi Shopkick terlebih dahulu agar terdeteksi oleh ultrasonic.
Bluetooth Beacons
Alat ini dapat berkomunikasi dengan Bluetooth 4.0 versi terbaru yang terdapat pada ponsel. Konsep yang hampir mirip dengan fingerprint, membuat alat ini mampu memanfaatkan sinyal dan jaringan ponsel untuk mengidentifikasi keberadaan smartphone.
Jika pengguna smartphone mendekati produk tertentu di sebuah toko, maka promosi dari produk tersebut akan terkirim ke ponsel.
Terrestrial Transmitters
Sebuah perusahaan startup Australia, Locata, sedang melakukan uji coba untuk mengatasi keterbatasan GPS. Perusahaan ini membuat pemancar di suatu lokasi yang menggunakan prinsip sama dengan GPS.
Karena sinyal yang kuat dari pemancar inilah, radio Locata bisa mendeteksi keberadaan smartphone lebih cepat daripada GPS yang mengandalkan satelit.
Sumber : http://tekno.kompas.com