Energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi sumber energi alternatif yang semakin murah bagi mereka yang tidak memiliki akses ke jaringan listrik. Hal ini terungkap dari laporan terbaru IRENA yang diluncurkan kemarin (19/11).Energi terbarukan juga menjadi pilihan yang lebih terjangkau untuk memerluas jaringan listrik ke wilayah dengan sumber energi terbarukan – seperti cahaya matahari atau angin – yang cukup.
Laporan IRENA ini menjadi sarana penyadaran baru bagi para pembuat kebijakan untuk segera beralih ke energi terbarukan. “Revolusi energi terbarukan tengah terjadi,” tutur Dolf Gielen, Direktur Inovasi IRENA. “Dalam beberapa tahun terakhir, biaya produksi listrik dari energi terbarukan secara konsisten, dan terkadang dramatis, terus menurun – sehingga energi terbarukan menjadi pilihan termurah untuk membangun jaringan listrik off-grid dan on-grid di wilayah yang memiliki sumber EBT yang mencukupi.”
“Pesannya jelas: energi terbarukan saat ini menjadi pilihan yang paling murah untuk memenuhi permintaan listrik – walau tanpa dukungan subsidi. Energi ini juga lebih sehat dan lebih baik untuk lingkungan. Masa depan energi terbarukan semakin cerah dan biayanya akan terus menurun,” tulis laporan IRENA.Laporan yang berjudul “Renewable Power Generation Costs” ini juga menyebutkan, biaya energi biomasa semakin terjangkau karena tersedia limbah pertanian dan kehutanan dengan harga murah. Proyek biomasa yang paling kompetitif mampu memproduksi listrik dengan biaya US$0,06 atau Rp557,8/kWh.
Biaya produksi energi surya dengan cara mengumpulkan cahaya matahari dari wilayah yang luas dan menfokuskannya ke satu pusat generator mampu menghemat biaya hingga US$0,14 atau Rp1348,2/kWh.Energi dari pembangkit listrik tenaga air (hydropower), baru-baru ini menjadi sumber energi terbarukan terbesar di dunia dan mampu memroduksi energi dengan harga paling murah dibanding energi lain.
Panel surya yang berkembang pesat dalam dua tahun terakhir, semakin banyak dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga. Biaya produksi energi surya kini semakin kompetitif antara US$ 0,16 (Rp1540,8) hingga US$0,36 (Rp3466,8)/kWh .
Sementara pembangkit listrik tenaga angin di darat (on shore) yang paling kompetitif, mampu memroduksi listrik dengan biaya US$0,04 (Rp385,2)/kwh.
Bandingkan dengan biaya produksi listrik dari bahan bakar fosil di negara-negara maju (OECD – Organisation for Economic Co-operation and Development) yang mencapai US$0,06 (Rp577,8) hingga US$0,12 (Rp1155,6)/kWh di luar biaya transmisi dan distribusi. Panduan kebijakan energi terbarukan dari IRENA bisa diunduh di tautan berikut ini: IRENA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar